Titik Utama:
Pendahuluan:
Dolar AS (USD) mengalami tekanan jual yang signifikan, didorong oleh komentar terkini dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell, dengan indeks DXY naik menjadi 101,00, sementara Ringgit Malaysia (MYR) dan Baht Thailand (THB) mengalami penurunan yang signifikan akibat penyesuaian pasar yang terjadi pada awal Oktober 2023.
Isi:
Analisis terkini dari ahli strategi FX OCBC, Frances Cheung dan Christopher Wong, menyoroti tren yang berkembang di pasar valuta asing, di mana dolar AS kembali menguat terhadap beberapa mata uang. Pada 1 Oktober 2023, indeks DXY, yang melacak kekuatan USD terhadap sekeranjang mata uang, dilaporkan mencapai 101,00—kenaikan yang signifikan yang disebabkan oleh skenario tekanan jual.
Peserta pasar merespons positif wawasan dari pidato terkini Ketua Fed Powell di konferensi NABE, di mana komunikasinya menenangkan pengamat pasar bahwa tidak ada kekhawatiran segera mengenai ekonomi AS. Komentar Powell menunjukkan pendekatan kebijakan moneter yang lebih hati-hati daripada yang beberapa orang antisipasi, yang mengubah sentimen dan memicu pengambilan keuntungan di antara investor yang memegang posisi jual pada dolar.
OCBC mencatat bahwa "pesan utama tidak menunjukkan kepanikan tentang ekonomi AS dan menyampaikan bahwa tidak ada kebutuhan untuk segera melonggarkan kebijakan moneter." Hal ini menunjukkan komitmen dari Federal Reserve untuk mempertahankan pendekatan yang berhati-hati, meskipun harapan pasar terhadap pemotongan suku bunga telah dikurangi. Referensi Powell terhadap potensi dua pemotongan 25 basis poin tambahan—dengan syarat kinerja ekonomi—turut berkontribusi pada respons yang lebih hati-hati.
Implikasi pasar langsung termasuk penurunan antusiasme di kalangan trader, yang sebelumnya berspekulasi tentang pelonggaran kebijakan moneter yang lebih agresif, dengan harga pasar saat ini mencerminkan pengurangan harapan untuk total lebih dari 75 basis poin pemotongan yang tersisa dalam tahun ini.
Pekan mendatang sangat penting karena trader menunggu laporan pasar tenaga kerja kunci, termasuk pembukaan lowongan kerja JOLTS yang dijadwalkan pada hari Selasa, angka ketenagakerjaan ADP pada hari Rabu, klaim pengangguran awal pada hari Kamis, dan laporan gaji pada hari Jumat. Data-data ini diharapkan sangat mempengaruhi sentimen jangka pendek terhadap dolar. Menurut penelitian OCBC, "taruhan dovish akan lebih dikurangi jika data terkait tenaga kerja lebih positif, dan hal ini dapat menambah momentum pemulihan USD dalam jangka pendek."
Secara teknis, momentum harian untuk USD telah sedikit bullish seperti yang ditunjukkan oleh peningkatan level Indeks Kekuatan Relatif (RSI). Level resistensi saat ini diidentifikasi pada 101,10 (21 DMA) dan 101,90, dengan dukungan jangka pendek berada di posisi 100,20 (terendah terkini). Breakout di bawahnya dapat mengarah ke dukungan lebih lanjut pada level 99,60 dan 99,20. Akibatnya, pengambilan keuntungan strategis pada FX Asia dapat terjadi sebelum risiko acara data potensial yang dapat mempengaruhi jalur dolar.
Meskipun momentum terkini dolar menunjukkan potensi kekuatan, melihat konteks lebih luas mengungkapkan posisi jual yang signifikan terhadapnya, dengan minat jual spekulatif pada dolar berada di sekitar $27 miliar. Posisi ini mewakili salah satu level tertinggi sejak 2011, menempatkan mata uang tersebut dalam posisi yang rawan terhadap pergerakan naik yang tak terduga.
Beberapa analis pasar percaya bahwa dolar masih terlalu dijual, memberikan peluang untuk tekanan jual yang dapat memperburuk fluktuasi harga. Tanda-tanda menunjukkan bahwa trader sedang mempersiapkan diri untuk potensi perubahan kondisi pasar, karena skenario taruhan yang melibatkan pelemahan dolar semakin sensitif terhadap indikator ekonomi.
Kesimpulan:
Saat dolar AS melewati tekanan jual, perhatian investor tetap terfokus pada data ekonomi yang akan datang yang akan memberikan wawasan lebih jelas mengenai jalur kebijakan moneter AS. Dengan rilis data penting berikutnya yang menguraikan kondisi pasar tenaga kerja dan kinerja ekonomi, investor mata uang kemungkinan akan mengalami volatilitas yang meningkat dalam posisi mereka. Implikasi dari tren ini sangat signifikan, tidak hanya untuk dolar tetapi juga untuk mata uang lain di wilayah Asia-Pasifik, memperlihatkan keterkaitan sistem keuangan global dalam konteks lanskap ekonomi yang dinamis.
Sumber: