Ringkasan Berita: Nilai tukar EUR/USD naik di atas 1,07 setelah komentar hawkish dari Bank Sentral Eropa (ECB) sementara defisit perdagangan AS secara signifikan melebar menjadi $74,6 miliar, mencerminkan penurunan ekspor yang dipadukan dengan kenaikan impor.
Pimpinan: Pada 7 Juni 2023, nilai tukar EUR/USD melonjak di atas 1,07 setelah komentar hawkish dari pejabat Bank Sentral Eropa (ECB) memperkuat kekuatan Euro, sementara Defisit Perdagangan AS melebar secara signifikan menjadi $74,6 miliar pada bulan April, menimbulkan kekhawatiran atas keseimbangan ekonomi negara tersebut.
EUR/USD melonjak menjadi sekitar 1,0700, menandai kenaikan sekitar 0,12% karena pengaruh komentar hawkish dari pejabat ECB, termasuk anggota Dewan Pemerintah Klaas Knot, yang menyatakan bahwa suku bunga perlu dinaikkan secara signifikan dalam beberapa bulan mendatang untuk efektif mengatasi inflasi yang persisten. Knot menekankan bahwa ECB harus mempertahankan suku bunga puncak untuk jangka waktu yang lama untuk berhasil mengelola stabilitas harga di Eurozone.
Selain itu, Isabel Schnabel, anggota lain Dewan Pemerintah ECB, menyatakan bahwa dampak dari pelonggaran moneter agresif akan membutuhkan waktu lebih lama untuk muncul dalam ekonomi, memerlukan kehati-hatian dalam keputusan kebijakan di masa depan. Pernyataan ini muncul setelah sentimen investor yang memburuk, yang mencapai puncak setelah lonjakan singkat di pasar ekuitas.
Peningkatan tajam Euro dicatat ketika dolar AS melemah, terutama karena harapan pasar untuk kenaikan suku bunga Fed pada bulan Juni mulai merosot. Interaksi antara kedua mata uang ini penting bagi pasar valuta asing karena mereka merespons sinyal dari bank sentral.
Secara bersamaan, data dari Biro Analisis Ekonomi AS (BEA) mengungkapkan bahwa defisit perdagangan melebar secara signifikan, mencapai $74,6 miliar pada bulan April, naik dari $60 miliar pada bulan Maret. Perubahan ini sebagian besar dipicu oleh penurunan ekspor AS, yang turun menjadi $249 miliar dari $258,2 miliar, sementara impor naik menjadi $323 miliar dari $318,8 miliar pada bulan Maret. Peningkatan defisit perdagangan menimbulkan kekhawatiran bagi ekonomi AS karena mencerminkan ketergantungan yang semakin besar pada barang impor, mempersulit upaya untuk mencapai keseimbangan perdagangan.
Analisis pasar melihat ekspansi ini sebagai gejala tantangan ekonomi yang lebih luas, menyarankan bahwa peningkatan impor relatif terhadap ekspor dapat memiliki implikasi negatif bagi manufaktur dalam negeri dan kesehatan ekonomi secara keseluruhan.
Di tengah perkembangan ini, bank sentral di seluruh dunia, termasuk Bank of Canada (BoC) dan Reserve Bank of Australia (RBA), juga telah menunjukkan komitmen mereka untuk mengatasi inflasi yang persisten melalui penyesuaian kebijakan moneter. Setelah kenaikan suku bunga, imbal hasil obligasi Departemen Keuangan AS, khususnya tingkat catatan benchmark 10 tahun, naik lebih dari sepuluh basis poin, sekarang berada di 3,766%. Hal ini mencerminkan tren di mana bank sentral terpaksa menyesuaikan kebijakan karena inflasi tetap tinggi.
Investor tetap waspada menyusul sikap hawkish dari bank sentral, karena kenaikan suku bunga dapat menyebabkan kondisi keuangan yang lebih ketat, yang kemudian dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pengekangan yang dilaporkan di berbagai ekonomi mencerminkan tren global yang lebih luas saat bank sentral menavigasi lanskap ekonomi yang kompleks.
Secara teknis, EUR/USD baru-baru ini memantul dari Rata-Rata Bergerak Eksponensial (EMA) 200 hari, yang sering dianggap sebagai level dukungan yang signifikan. Para analis menyarankan bahwa tindakan harga terkini menunjukkan minat beli yang kuat di sekitar level 1,0700, dengan harapan keuntungan lebih lanjut jika momentum bullish berlanjut.
Indikator seperti Indeks Kekuatan Relatif (RSI) dan MACD (Moving Average Convergence Divergence) juga dipantau dengan cermat oleh para trader, karena mereka dapat memberikan wawasan tentang potensi pembalikan harga atau kelanjutan. Para peserta pasar diimbau untuk tetap waspada karena rilis data ekonomi dan komentar lebih lanjut dari bank sentral dapat menyebabkan volatilitas signifikan di pasar forex.
Lanskap ekonomi di Eurozone tetap bervariasi, dengan kombinasi peningkatan produksi industri di Jerman—naik 0.3% dibandingkan dengan penurunan signifikan sebesar 3.4% sebelumnya—dan defisit perdagangan yang melebar di negara-negara lain seperti Prancis dan Italia. Defisit Prancis sebesar €9.7 miliar melampaui ekspektasi sebesar €7.7 miliar, menunjukkan tantangan yang persisten di dalam blok tersebut.
Saat Euro menguat melawan dolar yang melemah, serangkaian data akan menjadi krusial dalam membentuk sentimen investor ke depan. Selain itu, hubungan antara kinerja Euro dan indikator ekonomi kunci dari AS, termasuk pertumbuhan GDP dan inflasi, akan sangat memengaruhi strategi perdagangan di pasar forex.
Kenaikan terbaru EUR/USD di atas 1.07, didorong oleh sikap hawkish ECB, mencerminkan lingkungan ekonomi global yang semakin kompleks di mana bank sentral sedang mengencangkan kontrol sebagai respons terhadap tekanan inflasi yang berkelanjutan. Sementara itu, defisit perdagangan AS yang melebar menimbulkan tantangan tambahan bagi ekonomi AS. Saat Eurozone dan AS sama-sama menavigasi