Terjemahan: Menyusul penerapan tarif menyeluruh sebesar 104% oleh Presiden Donald Trump terhadap impor dari China yang berlaku mulai 9 April 2025, harga emas di India melonjak tajam, mencapai 8.397,62 INR per gram, seiring reaksi pasar keuangan terhadap meningkatnya ketegangan perdagangan AS-China.
Isi Utama:
Pada 9 April 2025, Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif baru, memicu kekhawatiran akan resesi akibat eskalasi ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China. Tarif sebesar 104% ini terutama berdampak pada impor dari China, memicu apa yang disebut analis sebagai gelombang penghindaran risiko di pasar keuangan global. Kenaikan tarif ini dianggap banyak investor sebagai katalis untuk penurunan lebih lanjut ekonomi AS, mendorong lonjakan permintaan emas sebagai aset safe-haven tradisional.
Di India, harga emas mengikuti pergerakan internasional ini, menunjukkan peningkatan signifikan dari 8.301,88 INR per gram pada 8 April menjadi 8.397,62 INR per gram pada penutupan perdagangan. Demikian pula, harga per tola melonjak menjadi 97.944,14 INR dari 96.831,53 INR sehari sebelumnya, menurut data FXStreet.
"Kami menyaksikan pergeseran signifikan dalam sentimen pasar. Investor cenderung memilih emas sebagai jaring pengaman terhadap ketidakpastian yang dipicu oleh tarif ini," komentar analis FXStreet Ravi Sharma.
Tarif yang diberlakukan ini merupakan bagian dari perang dagang yang terus meningkat sejak 2018, ketika sengketa ekonomi antara dua ekonomi terbesar dunia pertama kali muncul terkait masalah seperti pencurian kekayaan intelektual dan praktik perdagangan tidak adil. Pengumuman terbaru dari Gedung Putih menegaskan bahwa tarif ini tidak hanya memperpanjang gesekan perdagangan yang ada tetapi juga dapat semakin mengganggu rantai pasokan global yang sudah tegang akibat konflik sebelumnya.
Saham di berbagai sektor berfluktuasi karena investor berusaha menyesuaikan portofolio mereka menyikapi dinamika perdagangan yang berkembang. Sektor-sektor yang bergantung pada manufaktur China sebelumnya mengalami apresiasi kini menghadapi dampak terberat dari tarif ini, mendorong kenaikan biaya produksi dan memengaruhi margin. Akibatnya, banyak pelaku pasar mengantisipasi tindakan Federal Reserve di masa depan, dengan data pasar saat ini menunjukkan kemungkinan lebih dari 60% pemotongan suku bunga pada Mei untuk menahan perlambatan ekonomi.
Selain itu, berbagai pejabat Federal Reserve, termasuk Presiden Fed San Francisco Mary Daly, telah menyatakan kekhawatiran tentang inflasi dan dampak ekonomi yang timbul dari tarif yang meluas. Sebaliknya, pedagang dengan cemas menunggu rilis indikator ekonomi utama, termasuk Indeks Harga Konsumen (CPI) dan Indeks Harga Produsen (PPI) AS, yang sangat penting untuk memahami arah kebijakan Fed.
Situasi ini terus berkembang karena investor mengawasi ketat bagaimana perkembangan ini berlangsung. Dampak tarif ini dapat bergema di berbagai pasar domestik dan internasional, terutama memengaruhi sektor pertanian dan petani AS yang mengekspor dalam jumlah besar ke China.
Kesimpulan:
Seiring melonjaknya harga emas akibat kecemasan investor atas tarif Trump terhadap China, masa depan perdagangan global tetap tidak pasti. Perang dagang yang sedang berlangsung telah mengakar dalam hubungan AS-China, tidak hanya memengaruhi perdagangan bilateral tetapi juga membentuk lingkungan ekonomi yang lebih luas. Pelaku pasar akan terus memantau indikator ekonomi dengan cermat, sambil menghadapi lanskap yang semakin fluktuatif yang mungkin memerlukan penyesuaian kebijakan lebih lanjut dari bank sentral di seluruh dunia.
Sumber: