Cari

Sensex dan Nifty Diprediksi Akan Dibuka Stabil di Tengah Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga

Sensex dan Nifty Diprediksi Akan Dibuka Stabil di Tengah Kekhawatiran Naiknya Suku Bunga

  Teras: Indeks pasar saham India, Sensex dan Nifty, diprediksi akan dibuka datar pada hari Rabu karena investor menilai implikasi dari tingginya suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi, meskipun pemerintah tidak mengubah rencana peminjaman untuk paruh kedua tahun fiskal.

  Isi Utama:

  Saham India diperkirakan akan dibuka datar hingga sedikit lebih rendah pada hari Rabu, dengan peserta pasar memantau secara ketat kekhawatiran mengenai dampak kenaikan suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi. Sentimen ini muncul setelah kinerja pasar Asia yang beragam, dipengaruhi oleh fluktuasi pasar global.

  Pada hari perdagangan sebelumnya, baik Sensex maupun Nifty ditutup relatif tidak berubah, meskipun menghadapi sinyal negatif dari pasar internasional. Analis mencatat bahwa potensi penurunan untuk indeks India mungkin terbatas oleh keputusan pemerintah untuk mempertahankan strategi peminjamannya tidak berubah untuk paruh kedua tahun fiskal. Stabilitas seperti itu dapat membantu meningkatkan kepercayaan investor dalam jangka pendek.

  Pasar Asia menunjukkan kinerja beragam pagi ini. Patut dicatat, saham China dan Hong Kong mendapatkan momentum setelah data yang mengesankan mengungkapkan bahwa laba industri China melonjak 17,2% tahun ke tahun pada Agustus, jauh lebih baik dari penurunan 6,7% pada Juli. Namun, sentimen pasar tetap terkendali di tengah kekhawatiran yang terus berlanjut mengenai arah suku bunga Federal Reserve.

  Investor khususnya waspada terhadap dampak dari rally yang berkepanjangan di dolar AS, mencapai level yang tidak terlihat sejak November 2022, ditambah dengan bayangan pasokan minyak yang lebih ketat yang telah mendorong harga minyak semalam.

  Secara internasional, saham AS menunjukkan penurunan yang signifikan pada sesi sebelumnya, merosot ke titik penutupan terendah dalam lebih dari tiga bulan. Ketidakpastian seputar keputusan suku bunga Federal Reserve di masa depan dan ketakutan akan potensi penutupan pemerintah telah memperburuk volatilitas pasar. Data ekonomi terbaru mengungkapkan penurunan kepercayaan konsumen ke level terendah dalam empat bulan pada September, bersama dengan penurunan penjualan rumah baru untuk Agustus, memicu kekhawatiran akan resesi di ekonomi terbesar dunia.

  Jamie Dimon, CEO JPMorgan, menyuarakan optimisme yang hati-hati, mendesak investor untuk bersiap menghadapi skenario terburuk di mana Federal Reserve mungkin menaikkan suku bunga hingga 7% di tengah kekhawatiran akan stagflasi. Selain itu, Neel Kashkari, Presiden Federal Reserve Minneapolis, menyatakan dalam sebuah esai bahwa ada kemungkinan besar, sekitar 40%, bahwa Federal Reserve akan dipaksa untuk menaikkan suku bunga secara signifikan untuk mengatasi inflasi yang terus-menerus di sektor jasa.

  S&P 500 mengalami penurunan tajam sebesar 1,5%, ditutup di bawah level 4.300 untuk pertama kalinya sejak 9 Juni, sementara Dow kehilangan 1,1% dan Nasdaq Composite yang didominasi teknologi anjlok 1,6%. Saham Eropa juga berada di bawah tekanan, jatuh untuk sesi keempat berturut-turut karena kekhawatiran meningkat atas pemulihan ekonomi China dan suku bunga tinggi yang terus berlanjut. Patut dicatat, indeks pan-Eropa Stoxx 600 mundur 0,6%, dengan DAX Jerman dan CAC 40 Prancis masing-masing turun 1% dan 0,7%, sementara FTSE 100 Inggris berhasil ditutup sedikit lebih tinggi.

  Saat investor menavigasi melalui iklim keuangan yang bergejolak ini, analis pasar menekankan pentingnya memantau indikator ekonomi secara ketat, terutama yang terkait dengan kepercayaan konsumen, aktivitas pasar perumahan, dan kebijakan bank sentral.

  Kesimpulan:

  Ke depan, lanskap investasi terus mencerminkan sensitivitas yang tinggi terhadap perubahan suku bunga dan kondisi ekonomi global. Mengingat dinamika ini, baik investor domestik maupun internasional didesak untuk tetap waspada dan adaptif, karena perkembangan dalam kebijakan moneter kemungkinan akan memengaruhi strategi investasi dan perilaku pasar dalam beberapa minggu mendatang.

  Sumber: