Cari

Pasar Berkembang: Awal Kuartal Keempat yang Volatil

Ringkasan Berita: Pasar negara berkembang sedang menghadapi kerugian besar pada kuartal ketiga tahun 2023 akibat pemulihan ekonomi China yang lambat, kenaikan imbal hasil AS, dan fluktuasi harga minyak.

  Teras: Pasar negara berkembang menghadapi tantangan besar saat memasuki kuartal keempat tahun 2023, menutup kuartal terburuk dalam setahun, ditandai dengan kerugian saham yang mencengangkan sebesar $470 miliar, penurunan nilai tukar beruntun, dan kenaikan premi risiko sovereign yang mengkhawatirkan.

  

Penurunan Ekonomi di Pasar Negara Berkembang

  Pasar negara berkembang mengalami gejolak saat menutup kuartal ketiga tahun 2023 dengan kinerja yang mengecewakan di berbagai sektor. Menurut Bloomberg, pasar sangat dipengaruhi oleh ekonomi China yang melemah, kenaikan suku bunga AS, dan melonjaknya harga minyak. Di sisi lain, ketahanan data ketenagakerjaan AS di tengah kenaikan suku bunga berturut-turut menjadi salah satu kejutan yang menjaga harapan inflasi tetap hidup.

  Meskipun terjadi pemulihan di akhir pekan, data menunjukkan kerugian besar di mana pasar saham terdampak parah, dengan kehilangan total $470 miliar. Penurunan ini juga berdampak pada nilai tukar, yang mengalami kerugian beruntun per kuartal, sementara premi risiko utang sovereign berada di dekat level tertinggi tiga bulan.

  "Perdagangan suku bunga dan carry trade EMFX pasar negara berkembang terganggu oleh kenaikan suku bunga AS yang terus-menerus," ungkap Dirk Willer, seorang strategis di Citigroup Inc., menekankan peran penting indikator ekonomi AS terhadap pasar negara berkembang. Dia menambahkan, "Dengan suku bunga AS yang masih seperti berada di pasar bearish, kami berhati-hati dalam jangka pendek sampai ada tanda-tanda kelemahan AS."

  

Faktor Penyebab Penurunan Pasar

  Pasar negara berkembang sebelumnya memiliki harapan tinggi untuk pemulihan di tahun ini—harapan yang kini cepat menguap. Fokus utama adalah kinerja pasar China yang diantisipasi kuat, yang akhirnya tidak terwujud, sehingga mengacaukan ekspektasi investor. Data satelit resmi kini menunjukkan bahwa meskipun ada tanda-tanda stabilisasi ekonomi di China, pemulihan luar biasa yang banyak diantisipasi masih sulit dicapai.

  Selain itu, kenaikan harga minyak dan imbal hasil treasury AS telah memberikan tekanan saat investor berusaha mengimbangi kondisi pasar bullish yang sebelumnya diantisipasi di berbagai ekonomi negara berkembang. Data inflasi AS terbaru juga menantang penilaian sebelumnya mengenai arah Federal Reserve, bahkan memicu harapan bahwa serangkaian kenaikan suku bunga mungkin mulai terhenti.

  Di sisi lain, beberapa mata uang seperti peso Chili, forint Hungaria, dan baht Thailand menunjukkan keuntungan kecil di sesi perdagangan terakhir September. Namun secara keseluruhan, pasar ini menutup kuartal dengan penurunan 0,4%, menandai penurunan beruntun kedua.

  

Kinerja Pasar yang Beragam di Tengah Tantangan

  Peso Meksiko sempat mendapat dukungan sementara dari kebijakan hawkish yang diambil oleh pembuat kebijakan lokal, dengan penahanan suku bunga yang memicu harapan bahwa Meksiko mungkin menjadi yang terakhir di kawasan yang menurunkan biaya pinjaman. Sementara itu, bank sentral Kolombia juga mempertahankan suku bunga di level tertinggi 25 tahun, tetapi ekonom memprediksi potensi penurunan dalam beberapa bulan mendatang.

  Yang patut dicatat adalah kenyataan bahwa, setelah tren tiga bulan, China telah menghapus kekayaan pemegang saham sebesar $1,7 triliun sejak awal Februari. Namun, ada tanda-tanda peningkatan laba industri yang dapat mendukung awal siklus pendapatan baru di masa mendatang.

  Saat pasar memahami dan menyerap perubahan ekonomi ini, tren pasar tenaga kerja AS tetap menjadi pusat pertimbangan Federal Reserve. Ketahanan pertumbuhan lapangan kerja tetap kuat meskipun ada kenaikan suku bunga, menjaga tekanan inflasi tetap menjadi sorotan.

  "Minat di pasar bisa sangat terbantu dengan tanda-tanda kelemahan ekonomi AS—baik melalui metrik tenaga kerja atau inflasi," catat para analis. Saat investor menilai potensi pergeseran ini, jelas bahwa mereka masih bergulat dengan simulasi yang tidak pasti untuk pasar negara berkembang.

  

Melihat ke Depan: Kuartal Keempat Tahun 2023

  Seiring dengan harapan menuju kuartal terakhir, investor akan mengevaluasi apakah efek riak negatif dari ekonomi China, imbal hasil AS, dan kekhawatiran inflasi akan stabil. Prospek perbaikan termasuk kemungkinan harga minyak Brent mencapai puncaknya—dan ekonomi China yang stabil—yang berpotensi menjadi benteng pertahanan terhadap penurunan lebih lanjut.

  Investor menunjukkan optimisme hati-hati terkait tanda-tanda ketahanan ekonomi dari pasar negara berkembang. Laporan mencerminkan bahwa indikator ekonomi AS yang krusial berada dalam kerangka yang dapat memberikan ruang bernapas bagi pasar yang tertekan. Namun, prospek sangat bergantung pada apakah data konsumsi akan mengungkapkan jalur yang goyah bagi ekonomi AS di tengah perdebatan berisiko tinggi ini.

  

Ringkasan dan Prospek Masa Depan

  Pasar negara berkembang memasuki titik kritis, setelah menghadapi kuartal yang melelahkan yang mengekspos kerentanan yang berakar pada dinamika inflasi, ketergantungan pada stimulus ekonomi eksternal, dan tekanan domestik yang mahal.

  Willer dari Citigroup menyatakan kehati-hatian saat mereka mengantisipasi volatilitas yang terus-menerus dalam jangka pendek, menyarankan bahwa sampai ada kelemahan yang terlihat dalam indikator ekonomi AS, pasar negara berkembang mungkin masih kesulitan untuk mendapatkan pijakan.

  Dengan kondisi kritis yang membentuk dinamika global, menjadi semakin penting untuk terlibat dalam strategi