Ringkasan: Indeks dolar AS mendekati level terendah tiga bulan karena investor menantikan data inflasi penting yang dapat memengaruhi kebijakan suku bunga Federal Reserve.
Teras: Saat indeks dolar turun ke 102,74, tidak jauh dari level terendah tiga bulan di 102,46 yang dicapai awal pekan ini, investor bersiap menyambut data inflasi penting yang akan dirilis hari ini, di tengah spekulasi yang berkembang bahwa Federal Reserve mungkin akan menghentikan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat.
Isi Utama:
Dolar AS terus mengalami tekanan penurunan karena berada di sekitar level terendah tiga bulan. Indeks dolar, yang membandingkan mata uang AS dengan enam mata uang utama global, baru-baru ini turun 0,058%, berada di 102,74. Penurunan ini menempatkannya sangat dekat dengan titik terendah sejak 10 Agustus, menandai tren yang mencolok dalam beberapa pekan terakhir.
Pada November, indeks dolar mengalami penurunan tajam sebesar 3,7%, menjadi penurunan bulanan terbesar dalam setahun. Tren ini terutama didorong oleh meningkatnya keyakinan investor bahwa Federal Reserve mungkin telah menyelesaikan serangkaian kenaikan suku bunga, terutama dalam menghadapi laporan inflasi mendatang yang dapat mengubah ekspektasi kebijakan moneter.
"Pergerakan dolar sangat berkorelasi dengan imbal hasil AS dan implikasi kebijakan Federal Open Market Committee (FOMC)," kata Carol Kong, strategis mata uang di Commonwealth Bank of Australia. "Pelaku pasar sangat fokus pada pandangan yang diberikan pejabat FOMC mengenai siklus kenaikan suku bunga mendatang."
Sentimen investor sangat kuat menjelang rilis laporan inflasi pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) hari ini, yang menjadi tolok ukur penting tren inflasi. Christopher Wong, strategis mata uang di OCBC, mencatat, "Jika inti PCE lebih rendah dari perkiraan, hal ini dapat menyebabkan penurunan lebih lanjut nilai dolar."
Selain itu, kondisi keuangan AS baru-baru ini melonggar, mencerminkan kondisi terlonggar sejak awal September. Menurut Goldman Sachs, kondisi keuangan ini telah melonggar sekitar 100 basis points dalam sebulan terakhir, menandai perubahan dalam lanskap keuangan.
Perkembangan ini berdampak pada mata uang global, dengan banyak mata uang Asia memanfaatkan kelemahan dolar. Terutama, dolar Selandia Baru dan yen Jepang menunjukkan kinerja yang luar biasa. Dolar Selandia Baru naik 0,26% menjadi $0,6172 setelah pembaruan kebijakan moneter yang mempertahankan suku bunga tunai kuat di 5,50%, menandakan potensi kenaikan lebih lanjut jika inflasi tetap menjadi perhatian.
Yen Jepang juga menguat 0,09% menjadi 147,11 per dolar, setelah spekulasi bahwa Bank of Japan mungkin segera mengakhiri rezim suku bunga negatif. Hal ini mengurangi tekanan pada bank sentral untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing.
Pound Inggris naik menjadi $1,2695, sementara euro naik sedikit menjadi $1,0975. Dolar Australia juga mengalami kenaikan kecil, diperdagangkan di $0,6623.
Pelaku pasar juga menantikan dengan antusias pernyataan dari Ketua Fed Jerome Powell yang dijadwalkan besok, terutama setelah Gubernur Fed Christopher Waller memberi sinyal awal pekan ini tentang kemungkinan pemotongan suku bunga dalam waktu dekat.
Dalam konteks kondisi ekonomi yang lebih luas, data inflasi mendatang tidak hanya akan menjadi cerminan tekanan harga konsumen, tetapi juga penentu kebijakan moneter di masa depan. Angka indeks harga konsumen (CPI) yang dirilis untuk Maret menunjukkan penurunan signifikan dalam tingkat inflasi, melunak menjadi 2,4% dari 2,8% bulan sebelumnya. Penurunan ini dapat dilihat sebagai hasil dari kenaikan suku bunga agresif Fed selama setahun terakhir, yang bertujuan untuk mendinginkan ekonomi dan mengekang tren inflasi.
Meskipun ada tanda-tanda menjanjikan dari data CPI, para ahli tetap berhati-hati terhadap tantangan besar yang masih ada dalam perekonomian. Analis menekankan pentingnya memantau tren inflasi ini untuk mengukur dampaknya pada kepercayaan dan pola pengeluaran konsumen ke depan.
Sementara dolar tetap berada di bawah tekanan, investor valuta asing harus mempertimbangkan volatilitas jangka pendek dan tren jangka panjang yang dapat mendefinisikan ulang pasar valuta asing. Dengan demikian, laporan inflasi hari ini berpotensi memicu pergeseran signifikan, terutama untuk mata uang dan aset yang terkait langsung dengan indikator ekonomi AS.
Kesimpulan:
Secara ringkas, arah dolar tampak semakin dipengaruhi oleh data inflasi mendatang dan pandangan kebijakan moneter Fed. Dengan ekspektasi yang kini condong ke arah potensi pemotongan suku bunga pada 2024 dan pelonggaran kondisi keuangan yang terus berlanjut, investor valuta asing harus menavigasi lanskap yang terus berkembang yang ditandai dengan ketidakpastian dan volatilitas. Dampak laporan inflasi PCE hari ini tidak hanya dapat membentuk strategi perdagangan segera tetapi juga memberikan wawasan tentang gambaran ekonomi yang lebih luas dalam beberapa bulan mendatang.
Sumber: