Teras: Dalam reaksi yang signifikan terhadap pengumuman pemerintah China tentang peningkatan langkah stimulus fiskal, dolar AS naik terhadap mata uang utama selama sesi Asia pada Senin, menyoroti fokus pasar pada ekonomi China yang sedang berjuang di tengah tantangan kenaikan harga konsumen dan produsen.
Isi Utama:
Dolar AS mengalami kenaikan signifikan dalam sesi perdagangan Asia pada Senin, didorong terutama oleh perhatian baru terhadap kebijakan ekonomi China, yang menjadi sorotan setelah pengumuman langkah stimulus yang kurang memuaskan akhir pekan lalu. Saat pedagang bereaksi terhadap sinyal campuran kesehatan ekonomi China—termasuk inflasi konsumen yang mengejutkan melunak dan deflasi harga produsen yang semakin dalam—dolar AS naik ke level tertinggi empat hari terhadap euro, yen, dan franc Swiss.
Kementerian Keuangan China mengisyaratkan ketersediaan stimulus fiskal lebih lanjut tetapi tidak memberikan detail tentang besaran atau cakupan paket tersebut. Ketiadaan langkah langsung yang substansial untuk meningkatkan permintaan domestik, khususnya, memunculkan pertanyaan tentang efektivitas stimulus yang diusulkan. Analis mengungkapkan kekhawatiran bahwa ekonomi China yang sedang berjuang, ditandai dengan permintaan domestik yang lemah dan deflasi yang terus berlanjut, tidak akan melihat manfaat dari pengeluaran pemerintah dalam jangka pendek.
"Angka terbaru menunjukkan bahwa efek stimulasi mungkin membutuhkan waktu untuk terwujud, sehingga menimbulkan kekhawatiran atas keberlanjutan jalur pertumbuhan China," kata Matthew Martin, ekonom senior AS di Oxford Economics.
Dolar AS menguat ke level 1,0915 terhadap euro dari 1,0937, 149,37 terhadap yen dari 149,13, dan 0,8587 terhadap franc Swiss dari 0,8570, menunjukkan respons yang jelas terhadap situasi ekonomi China. Melihat mata uang lain, dolar AS juga mengalami kenaikan terhadap pound sterling serta dolar Australia dan Selandia Baru.
Terhadap pound sterling, dolar AS naik ke 1,3041 dari 1,3066, mengindikasikan potensi uji resistensi di sekitar ambang 1,29. Dolar Australia dan Selandia Baru juga menunjukkan kelemahan terhadap dolar AS, dengan tingkat masing-masing naik ke 0,6722 dan 0,6082.
Dalam konteks ekonomi yang lebih luas, harga minyak mentah mengalami penurunan moderat, dengan minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman November turun 0,4% menjadi $75,56 per barel. Meskipun terjadi penurunan ini, harga minyak mentah melonjak 1,6% selama seminggu terakhir, mencerminkan volatilitas yang berlanjut di pasar global.
Perkembangan signifikan adalah deflasi harga produsen China yang dilaporkan semakin dalam untuk bulan September, memicu alarm tentang permintaan domestik yang tidak mencukupi. Tren deflasi ini mengikuti serangkaian upaya untuk merangsang kinerja ekonomi yang menurut banyak ahli tidak memenuhi harapan.
Selain kondisi keuangan China, data terbaru Federal Reserve AS, yang menunjukkan bahwa harga produsen tidak berubah pada September, memperkuat sentimen pasar yang berkelanjutan seputar penyesuaian suku bunga yang diharapkan. Potensi pemotongan suku bunga 25 basis poin pada November sekarang tampak lebih realistis daripada harapan pemotongan 50 basis poin, menandai momen penting dalam kebijakan moneter AS.
"Setelah kejutan positif dalam laporan Indeks Harga Konsumen September, harga produsen yang tidak berubah mendukung pengurangan suku bunga yang diharapkan," catat Martin. "Kami memperkirakan bahwa meskipun akan ada upaya untuk berhati-hati, lanskap ekonomi akan memerlukan beberapa tingkat penyesuaian."
Ke depan, peserta pasar dengan cermat menunggu data tambahan tentang ekspektasi inflasi konsumen AS yang akan dirilis oleh Fed New York dalam sesi mendatang. Data ini akan menjadi kunci dalam membentuk sentimen investor dan menentukan tren masa depan dalam fluktuasi mata uang.
Kesimpulan:
Sementara dolar AS terus naik, interaksi antara kebijakan ekonomi AS dan pemulihan China yang sedang berjuang memiliki implikasi signifikan bagi pasar mata uang global. Efektivitas stimulus fiskal China akan dipantau dengan cermat, terutama karena tekanan eksternal dari tarif dan tantangan produksi memperburuk tantangan ekonomi domestik. Fokus langsung pasar telah beralih ke keputusan Federal Reserve AS yang potensial mendatang yang dapat lebih memengaruhi dinamika mata uang dalam beberapa bulan ke depan.
Sumber Informasi Terkait: