Teras: Yen Jepang (JPY) terus menguat terhadap Dolar AS (USD) seiring investor berbondong-bondong ke mata uang safe-haven menyusul meningkatnya kekhawatiran resesi pada 9 April 2025, di tengah eskalasi ketegangan perdagangan dan ekspektasi pemotongan suku bunga AS.
Isi Utama:
Yen Jepang menunjukkan tren penguatan yang signifikan, mencatat kenaikan kedua hari berturut-turut seiring kekhawatiran resesi global terkait tarif AS yang mendorong investor beralih ke mata uang safe-haven. Eskalasi ketegangan perdagangan dan volatilitas pasar yang meluas telah memicu permintaan JPY, menjadikannya pilihan menarik bagi investor yang mencari stabilitas di tengah ketidakpastian.
Perkembangan terbaru mencakup pembicaraan telepon antara Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba, yang memicu laporan bahwa Trump akan melakukan pembicaraan perdagangan dengan pejabat Jepang. Sentimen pasar positif terkait potensi kesepakatan dagang AS-Jepang turut menguatkan Yen, berbanding terbalik dengan outlook bearish yang mendominasi USD.
Sentimen investor mengalami pergeseran signifikan menyusul antisipasi divergensi kebijakan moneter antara Bank of Japan (BoJ) dan Federal Reserve (Fed). Ekspektasi menguat bahwa BoJ akan terus menaikkan suku bunga akibat inflasi domestik yang persisten, sementara pasar memprediksi serangkaian pemotongan suku bunga dari Fed. Divergensi kebijakan ini dinilai sebagai faktor lain yang menyebabkan depresiasi signifikan USD terhadap JPY.
Akibat volatilitas pasar ini, pasangan dagang USD/JPY mendekati level psikologis 145.00, menggarisbawahi tekanan jual yang terus membebani dolar. Trader kini menanti rilis risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) dan laporan ekonomi seperti Indeks Harga Konsumen (CPI) untuk mendapatkan insight lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter AS.
Penurunan tajam pasar global memicu aksi jual saham, dengan indeks S&P 500 mencatat kerugian empat hari terburuk dalam lebih dari enam dekade setelah pengumuman tarif ekstensif AS. Merespons kondisi ini, investasi safe-haven seperti JPY, emas, dan surat berharga AS mengalami peningkatan permintaan.
Di tengah spekulasi mengenai kenaikan suku bunga tambahan oleh BoJ, pernyataan Wakil Gubernur BoJ Shinichi Uchida mengindikasikan pendekatan moneter yang hati-hati namun proaktif, dengan menyatakan bank sentral akan melanjutkan kenaikan suku bunga jika kondisi untuk mencapai target inflasi 2% menguat.
Analis pasar menyatakan penguatan JPY mencerminkan tren lebih luas dimana investor mengalihkan perhatian ke aset safe-haven. Data historis menunjukkan bahwa selama periode ketidakstabilan geopolitik dan penurunan ekonomi, mata uang safe-haven seperti Yen Jepang dan Franc Swiss cenderung menguat seiring peserta pasar mencari perlindungan dari potensi kerugian.
Ekonomi Jepang menunjukkan ketahanan, didukung aset eksternal yang signifikan dan surplus perdagangan yang memungkinkan Yen terapresiasi selama periode penghindaran risiko. Meski menghadapi tantangan termasuk kenaikan harga energi dan sikap dovish BoJ yang bertahan, kepercayaan investor terhadap Yen tetap substansial.
Ke depan, interaksi antara JPY dan USD akan bergantung pada data ekonomi mendatang dan lanskap ekonomi global yang berkembang. Potensi pivot Fed menuju kebijakan moneter yang lebih akomodatif serta dialog berkelanjutan antara pejabat AS dan Jepang akan menjadi kunci dalam membentuk ekspektasi pasar dan valuasi mata uang.
Kesimpulan:
Ketakutan resesi yang mendominasi pasar keuangan global membuat Yen Jepang terus menegaskan diri sebagai mata uang safe-haven. Dengan pembicaraan perdagangan AS-Jepang yang berlanjut dan divergensi kebijakan moneter, kekuatan JPY tampak akan bertahan. Investor disarankan untuk memantau perkembangan dan indikator makroekonomi yang dapat mempengaruhi aliran mata uang dan sentimen pasar dalam jangka pendek.
Poin Inti Artikel:
Sumber: